Fitria Rahmadianti - detikFood
google_ad_client = 'ca-pub-6880533263535234'; google_ad_channel = '4958278774'; google_ad_width = 200; google_ad_height = 400; google_ui_version = 1; google_ad_slot = '3695403116'; google_override_format = 'true'; google_ad_type = 'text_html'; google_tl = 3; google_font_face = 'arial'; google_font_size = 'small'; google_tfs = 12; google_color_link = '#11593C'; google_color_text = 'E1771E'; google_color_bg = '#FFFFFF'; google_color_border = '#FFFFFF'; google_color_url = '#CCCCCC';Foto: realage.com Jakarta - Sport drink bisa bikin kita segar dan berenergi. Karenanya beberapa orang selalu menyediakan minuman ini di meja kantor untuk mengobati kantuk. Padahal, sport drink seharusnya diminum setelah berolahraga, bukan saat kerja.
Berdasarkan berita yang dilansir Daily Mail, sebotol sport drink berukuran 500 ml mengandung 150 kkal kalori. Untuk membakarnya, dibutuhkan 20 menit jalan cepat. Kebanyakan sport drink juga mengandung kafein yang bisa memicu masalah jantung dan gangguan tingkah laku.
Oleh karena itu, European Food Safety Authority (EFSA) menyarankan minuman isotonik hanya dikonsumsi oleh individu aktif yang melakukan olahraga berat. Bagi karyawan kantoran, sport drink bisa jadi berbahaya bagi kesehatan karena pekerjaannya tak melibatkan banyak aktivitas fisik, sehingga kalori tidak terbakar dengan efektif.
Meski demikian, menurut survei yang dilaksanakan oleh The National Hydration Council, ada 11 juta orang dewasa di Inggris yang menyediakan sport drink di atas meja kerja mereka. Seperempatnya adalah laki-laki.
Dari 2,000 orang yang mengikuti survei, sekitar 400 orang mengaku minum sport drink ketika merasa lelah. Namun, ada pula yang meneguk minuman ini sebagai obat mabuk. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi sport drink di Inggris mencapai 160 juta liter dan menghabiskan biaya lebih dari Rp 3,7 milyar.
Sayangnya, air atau sport drink belum dianggap barang wajib yang harus dibawa saat berolahraga. Hampir 80% responden mengaku lupa minum sebelum berlatih fisik. Sebanyak 60% partisipan sering tak memerhatikan tingkat hidrasi mereka setelah berolahraga.
Belum lagi ada 30% orang tidak membawa minuman di tas olahraga mereka. Air minum pun berada di peringkat terbawah saat responden ditanyai mengenai hal apa yang paling penting saat berolahraga. Mereka menganggap pakaian olahraga yang bagus dan pelatih spesialis lebih penting.
Dr. Paul Gately khawatir akan situasi dan tingkat konsumsi sport drink ini. Ia berpendapat bahwa minuman tersebut dirancang untuk orang yang sangat aktif, dengan intensitas olahraga tinggi, dan berlatih selama lebih dari 45 menit.
‘”Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah temuan bahwa orang-orang tidak cukup banyak meneguk air putih dan tidak meminumnya pada saat yang tepat,” ujar Profesor Exercise and Obesity di Leeds Metropolitan University.
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Hubungi kami:
Redaksi: redaksi[at]detikfood.com
Media partner: promosi[at]detik.com
Pemasangan iklan: sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment