Odilia Winneke - detikFood
Ayam Tangkap Jakarta - Racikan bumbu dari serambi Mekkah ini memang bikin ketagihan. Sambalnya asam segar gurih, ikan kayu pun diolah dengan lumuran bumbu cabai yang royal. Daun temurui yang berlimpah pun membuat ayam tangkap jadi makin wangi aromanya. Hmm..sedap nian diadu dengan suapan nasi putih!
Satu dua kali saya mencicipi masakan Aceh. Terus terang yang teringat kuat adalah mi Aceh yang berbumbu mlekoh dengan topping kepiting yang royal. Maklum saja sajian yang satu ini sudah banyak dijajakan di warung-warung makan. Porsinya besar, rasanya pedas gurih dan membuat wajah bercucuran keringat karena nikmatnya.
Siang itu saya justru ingin mampir ke rumah makan Seulawah di kawasan Bendungan Hilir, sekedar ingin makan nikmat gaya Aceh. Rumah makan ini sederhana, menempati bangunan ruko yang di sisi kiri dan kanannya dipadati penjaja makanan lainnya.
Karena hari Jum’at otomatis yang terbayang adalah nasi biryani yang wangi andalan rumah makan ini. Namun, saya harus kecewa, karena begitu saya memesan, mangkuk terakhir nasi biryani sudah disuguhkan ke pembeli. Tetapi saya tetap menghibur diri dengan aneka lauk yang ditata di lemari kaca yang ada di bagian depan rumah makan. Lamat-lamat tercium aroma wangi martabak yang sedang dimasak di bagian luar.
Setelah bingung memilih karena banyak yang ingin saya ciipi, ya kari kambingnya yang sedap, roti jala, roti cane dan rujak Aceh. Akhirnya pilihan saya jatuh ke menu favorit yang pernah saya cicipi dulu. Kuah Pli’u, Ikan Kayu, ayam tangkap plus sambal ganja plus nasi putih.
Seperti rumah makan Minang, lauk pun segera disajikan dalam mangkuk dan piring. Kuah Pli’u disajikan melimpah dalam piring cekung. Kuahnya berwarna kehijauan dengan beragam jenis daun. Ada daun pakis, potongan labu siam dan saat saya cicipi kuah santannya terasa gurih enak dengan semburat rasa asam. Ini mungkin karena asam sunti yang dimasukkan dalam bumbu. Gulai khas Aceh ini memang ternama karena rasa gurih dan pedas rempahnya yang kuat.
Ikan kayu merupakan ikan tongkol yang dikeringkan hingga keras. Mirip cakalang fufunya orang Manado. Warna cokelat kemerahan melumuri potongan kecil daging ikan. Rasanya pedas, gurih dengan rasa keras renyah daging ikan kayu. Makin enak saat diaduk dengan nasi putih hangat. Lama kelamaan rasanya pedas juga!
Saat menikmati ikan kayu ini, sayapun mencoba memadukan dengan sambal ganja. Hmm..sambal yang berupa potongan udang rebus dengan bawang merah, cabai hijau dan belimbing sayur ini memang rasanya gurih, asam dan segar! Mungkin karena sering bikin orang ketagihan disebut sambal ganja. Padahal nama sebenarnya Sambal Asam Udang. Karena saya juga tak melacak aroma kaskas, bumbu yang berupa biji ganja (poppy seed) yang kadang dicampurkan dalam rempah Aceh..
Pesanan yang terakhir disajikan adalah ayam tangkap yang disebut juga ayam tsunami. Aroma wangi daun kari langsung menusuk hidung. Sajian ini sebenarnya sederhana. Ayam kampung yang dipotong kecil (berikut tulang), dibumbui dan digoreng. Yang istimewa justru paduannya yang berupa daun jeruk, daun pandan,s erai dan daun kari atau temurui yang berlimpah yang digoreng kering. Karena itu aroma ayam goreng yang tampilannya mirip sampah ini sangat wangi!. Daging ayam kampungnya juga gurih dan empuk.
Ayam tangkap yang gurih ini pun saya tuntaskan dengan sambal hijau yang berupa sambal cabai hijau keriting dengan campuran bawang dan air jeruk sehingga rasanya asam gurih pedas! Saat beradu dengan ayam yang gurih rasanya makin enak saja!
Kalau taj kepedasan saya pasti akan memesan rujak Aceh yang memakai rumbia, yang mirip salak dengan rasa asam yang unik. Hampir titik ait liur saya membayangkan campuran buah dengan bumbu rujak yang sedap ini. Sayang perut saya sudah mulai sesak sehingga rasa pedas gurih di mulut saya bilas dengan timphan.
Timphan ini memang jajan pasar Aceh favorit saya. Tampilannya mirip kue pisang, dibungkus daun pisang muda, berbentuk panjang sekitar 10 cm dan lebar sekitar 4 cm dan dikukus. Adonannya terbuat dari tepung ketan dan pisang halus sedangkan isinya kelapa muda parut yang diaduk dengan gula dan telur. Timphan rumah makan ini memang terkenal enak. Lembut mulur dengan isian yang tidak terlalu manis dan yang saya suka, selalu memakai daun pisang muda yang cantik dan wangi!
Untuk mencicipi kuliner Aceh yang sedap, harga lauknya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan kelezatannya. Ayam Tangkap seporsi dihargai Rp. 30.000,00, Kuah Pli’u dan ikan kayu Rp, 15.000,00, sambal udang Rp. 7.000,00 dan timphan Rp. 2.000,00 sebuah.
Karena saya belum berhasil makan nasi briyani dan rujak Aceh, rasanya di suatu hari Jumat saya harus kembali lagi ke rumah makan ini. Kembali mengulangi kenikmatan kuliner tanah rencong!
Rumah Makan 'Seulawah'
Jl. Bendungan Hilir Raya No. 8
(depan RS AL Mintihardjo)
Jakarta Pusat
Telpon : 021- 57086660
Jam buka: 11.00-21.00
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment