Bondan Winarno - detikFood
Foto: Bondan W Jakarta - Sebetulnya saya agak heran bila ditanya tentang tempat makan sate yang mak nyuss untuk berbuka puasa. Dalam benak saya, setelah berpuasa sepanjang hari, mestinya yang muncul di benak adalah makanan dan minuman yang menyegarkan. Es buah, lah. Soto sulung, lah. Eh, kok sate, sih?
Sampai suatu petang menjelang Magrib, saya ingin membeli sate untuk dibawa pulang. Waaaah ... ternyata antreannya begitu panjang. Barulah saya sadari, bahwa sate - makanan yang mengesankan “panas” penuh yang minim yin - ternyata adalah salah satu makanan populer untuk berbuka puasa.
Maka, inilah jawab saya untuk teman-teman yang selama ini menunggu. Sate kambing paling mantap di Jakarta - menurut saya - adalah di sebuah kedai kecil yang mungkin belum pernah Anda kenal. Kedai ini dimiliki oleh Christian Hadinata, mantan juara dunia bulutangkis ganda yang kini aktif melatih para pemain nasional.
Ketika saya ke sana, ternyata Christian sedang berada di kedai dan langsung memesankan untuk saya. "Sate sineureut! Pakai lemak!" katanya kepada pramusaji.
Saya bingung. "Jangan pakai lemak, dong," kata saya memohon. "Ah, tidak enak kalau tidak pakai lemak," kata Christian tak bisa ditawar. Menurutnya, kalau tidak pakai lemak, satenya cenderung kering. Lemaknya pun harus dari lemak ginjal. Wah, ternyata juara bulutangkis ini juga pendekar dari kang auw persatean, ya?
Lalu, sineureut itu apa? Maka, saya pun belajar satu ilmu baru dari Christian - yang kemudian memanggil Kang Yayat untuk menunjukkannya kepada saya. Sineureut ternyata adalah has dalam-nya kambing - dari bagian bawah perut hingga paha atas. Hanya seutas tipis. Dari seekor kambing paling hanya tersedia sineureut untuk sepuluh tusuk sate saja. Karena itu harganya agak mahal. Rp 45 ribu per porsi! Kalau murni daging tanpa lemak lebih mahal lagi.
Menurut Kang Yayat, daging kambingnya juga selalu dipilih dari kambing betina berusia satu tahun. “Soalnya, kalau kambing jantan terlalu berotot,” katanya. “Sekalipun yang kami beli hanya setengah ekor kambing bagian bawahnya, hanya bagian daging bagus saja yang kami pakai.”
Gule kambing-nya (Rp 32.500) saya sukai. Kuahnya tidak terlalu lekoh dengan santan, dan bumbunya pun cenderung mild - tidak menyengat seperti jamu. Lebih banyak daging empuk daripada tetelan, sehingga kuahnya pun tidak berminyak. Bila suka, di sini juga ada gule sumsum (Rp 40 ribu), sop iga kambing (Rp 36 ribu), dan sop buntut sapi (Rp 40 ribu).
Bagi mereka yang kurang suka kambing, ada spaghetti bolognese, spaghetti alla aglio-olio-peperoncino, dan tahu petis. Dessert-nya juga bukan tipikal warung sate. Ada poffertjes, colenak, plombiere, peach melba, dan lain-lain.
Kembali ke sate juara! Sate sineureutnya dibakar polos - tanpa bumbu. Tanpa gosong pula. Disediakan sedikit kecap manis dengan irisan bawang merah dan cabe rawit. Maksudnya agar kita dapat lebih merasakan dagingnya yang bermutu.
Empuknya bukan lagi setengah mati, melainkan dua kali mati! Tidak berserat. Mak nyuss! Halaaah, tidak boleh bayar pula. Makasih, Christian. (Bondan Winarno)
Cangkir Cafe & Gift
Jl. Panglima Polim IX/13
Jakarta Selatan
021 7246526, 7254774
(eka/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : iklan@detikfood.com ,
telepon 021-7941177 (ext.547 dan 609)
No comments:
Post a Comment