Devita Sari - detikFood
Jakarta - Tidak hanya selalu obrolan tentang makan enak yang menarik. Berbagi pengalaman seputar gula dalam live chatting bareng Pak Bondan di detikforum juga tak kalah seru. Pertanyaan yang dilontarkan pun beragam, mulai trik khusus mengurangi gula, efek gula artifisial, sampai batas mengkonsumsi gula. Seru dan nambah ilmu pastinya!
Gula hampir selalu menjadi bagian tak terpisahkan dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Meskipun rasa manisnya enak, tetapi konsumsi gula yang berlebihan justru bisa menjadi musuh tubuh dan bahkan jadi penyakit yang mematikan. Oleh karena itu, lewat livechatting kali ini Pak Bondan ingin mengajak detikers untuk mengenali si manis ini lebih dalam.
Sebelum memulai live chat, Pak Bondan pun memperingatkan detikers bahwa dirinya bukan seorang nutritionist, ahli kimia, apalagi dokter. "Oleh karena itu, kalau ada pertanyaan yang bersifat teknis dan scientific akan saya "lempar" kembali ke forum untuk dibahas oleh mereka yang lebih scientifically-savvy," jelasnya dalam salah satu postingan di detikforum.
Pertanyaan seputar gula pun mulai mengalir dari para detikers yang sudah menunggu kehadiran Pak Bondan. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan, mulai dari pertanyaan yang 'santai' sampai yang serius hingga Pak Bondan perlu waktu beberapa saat untuk mencari jawaban terbaik. "Pak, berapa lama penyimpanan gula pasir aman dikonsumsi?" Pertanyaan yang tergolong simpel dari detikers dengan ID arek.lamongan menjadi pertanyaan pertama yang dijawab Pak Bondan.
Rupanya pertanyaan sederhana tersebut dijawab dengan serius oleh Pak Bondan. "Gula termasuk salah satu komoditi dengan shelf-life yang panjang (almost indefinitely). Masalahnya, karena kondisi penyimpanan, gula bisa meleleh dan menggumpal. Karena itu gula pasir (granulated pasir) yang dipasarkan sebagai branded & packaged product diberi tanggal kadaluarsa. Gula pasir rata-rata diberi tanggal kadaluarsa selama 2 tahun. Gula bubuk (confectionary sugar), karena lebih mudah menggumpal, punya shelf-life lebih pendek (18 bulan)," jelasnya sambil serius mengetik.
Siang ini Pak Bondan yang mengenakan baju batik hijau coklat pun tak jarang menopangkan dagu, mengerenyit, dan tak banyak bicara. "Pertanyaannya siang ini cukup serius dan rasa ingin tahunya cukup tinggi. Saya senang karena banyak yang peduli kesehatan," jelas Pak Bondan sambil kembali mengambil ancang-ancang siap mengetik.
Pertanyaan cukup menggelitik juga diajukan oleh gustibagusp. "Apakah dengan mengganti dari gula pasir biasa ke gula rendah kalori yang ada di pasaran itu baik untuk dikonsumsi berkepanjangan Pak?" tanyanya kepada Pak Bondan. Tanggapan dari Pak Bondan cukup jelas, menurutnya gula substitusi harus selalu dipertimbangkan dengan benar. Misalnya, gula artifisial yang banyak dipakai sekarang ini adalah aspartam. Silakan browse sendiri tentang subjek ini. Banyak informasi yang saat diunduh menggambarkan hal-hal yang benar-benar harus dipertimbangkan sebelum memakai aspartam sebagai pengganti gula pasir.
Saat ditanya oleh langit_senja tentang pemanis buatan terbaik Pak Bondan pun menjawab, "Menurut yang saya dengar, pemanis buatan yang terbaik adalah stevia (dibuat dari semacam bunga matahari) yang disebut herbal sweetener. Pemanis yang kebanyakan dipakai dalam industri makanan kemasan adalah corn sugar. Sedangkan untuk minuman, kebanyakan yang dipakai adalah aspartam."
Tak mau ketinggalan, silk.spectre pun ikut ambil bagian. "Pak, ada tidak ADI (Acceptable Daily Intake) untuk gula alami, karena untuk pemanis buatan setahu saya sih sudah ada di ADI-nya di SNI atopun CODEX?" tanya silk.spectre. "Pertanyaan menarik. Seingat saya, menurut American Heart Association, RDA (Recommended Daily Allowance) untuk gula adalah 6 sendok teh. Artinya, kita harus selalu perhatikan apa yang kita makan dan minum," ketik Pak Bondan menjawab tertanyaan tersebut.
Untuk detikers yang doyan jajan Pak Bondan pun mengingatkan bahwa hati-hati saat jajan makanan. Sebab kebanyakan makanan atau minuman yang murah memiliki dampak pada kualitas bahan yang digunakan. Selain itu Pak Bondan juga menghimbau agar mulai mengurangi konsumsi gula dan memperhatikan kandungan gula pada makanan. Konsumsi gula yang berlebihan bisa berdampak buruk selain obesitas juga bisa menimbulkan penyakit.
Tanpa terasa 1,5 jam pun telah berlalu dan live chat kali ini harus berakhir. Sebagai penutup Pak Bondan pun menuliskan postingan terakhir "Kita harus melatih anak-anak untuk mengenal spektrum rasa yang tidak hanya manis. Bila dituruti kemauan anak, ia tidak akan menganal citarasa lain. Anda bertanggung jawab membentuk "budaya makan" anak-anak untuk masa depannya. Pada dasarnya, Tuhan memberi kita cukup bahan makanan/minuman untuk kita nikmati. Tetapi, kita juga perlu mengembangkan "kecerdasan" untuk memahami jenis makanan/minuman yang baik untuk tubuh/kesehatan kita. Ingat, tubuh kita adalah ciptaan Tuhan yang wajib dijaga kesehatannya."
Selain bertanya dan mengobrol, peserta live chat yang beruntung kali ini akan mendapatkan hadiah. Dua voucher makan dari Hotel Borobudur Jakarta Senilai Rp 300.000,00 pun jatuh pada detikers dengan ID silk.spectre dan gustibagusp. Selamat untuk para pemenang dan sampai jumpa di live chat Pak Bondan bulan depan!
(dev/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : iklan@detikfood.com ,
telepon 021-7941177 (ext.547 dan 609)
No comments:
Post a Comment