Fitria Rahmadianti - detikFood

Foto: theepochtimes.com Jakarta - Sejak dulu konsumsi daging merah berlebihan diketahui dapat menimbulkan penyakit serius. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa efeknya bisa menjadi lebih parah, yaitu kematian. Pecinta daging merah, berhati-hatilah!
Harvard School of Public Health telah menemukan kaitan antara konsumsi rutin daging merah dengan kematian prematur. Mereka mengumpulkan data dari 121,362 orang pria dan wanita dengan masa studi 28 tahun. Setiap 4 tahun sekali, makanan mereka dipantau melalui kuesioner.
Sebanyak 24,000 orang meninggal selama masa penelitian. Di antaranya terdapat 9,364 kasus akibat kanker dan 5,910 kasus karena penyakit jantung. Mereka memperkirakan kematian tersebut dapat dicegah dengan mengurangi setengah porsi daging per hari. Langkah ini dapat menekan angka kematian hingga 7.6% pada wanita dan 9.3% persen pada pria.
Berdasarkan studi yang dimuat di Archives of Internal Medicine ini, seporsi daging merah yang tidak diproses dapat mempertinggi risiko kematian hingga 13%. Sementara itu, daging olahan meningkatkan resiko sebesar 20%. Daging merah jenis apapun menambah risiko kematian karena penyakit jantung sebanyak 16%, dan karena kanker sebanyak 10%.
Menurut Daily Mail, seporsi daging memiliki berat sekitar 85 gram atau sebesar tumpukan kartu. Secara kasar, ukuran ini bisa disetarakan dengan dua potong bacon atau satu buah sosis.
World Cancer Research Fund merekomendasikan konsumsi daging merah maksimal 500 gram per minggu. Selain itu, daging olahan harus sama sekali dihindari. Jenis daging ini lebih berbahaya karena mengandung heme iron, lemak jenuh, sodium, nitrit, dan karsinogen tertentu. Zat-zat ini dapat terbentuk selama proses pemasakan.
Ada beberapa alternatif yang dapat menggantikan daging merah. Resiko kematian yang dapat dikurangi oleh sumber protein ini sebesar 7% untuk ikan, 14% untuk daging unggas, dan 10% untuk produk susu rendah lemak. Protein nabati juga dapat mengurangi resiko tersebut, yakni sebanyak 20% untuk kacang-kacangan, 10% untuk legume, serta 14% untuk biji-bijian utuh.
Namun, temuan ini dibantah oleh Dr. Carrie Ruxton dari Meat Advisory Panel (MAP). “Riset tersebut berdasarkan observasi, bukan dengan percobaan yang terkontrol,” ujarnya. Apalagi, daging adalah sumber nutrisi esensial seperti zat besi, zinc, selenium, serta vitamin B dan D, tambahnya.
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment