Odi - detikFood
google_ad_client = 'ca-pub-6880533263535234'; google_ad_channel = '4958278774'; google_ad_width = 200; google_ad_height = 400; google_ui_version = 1; google_ad_slot = '3695403116'; google_override_format = 'true'; google_ad_type = 'text_html'; google_tl = 3; google_font_face = 'arial'; google_font_size = 'small'; google_tfs = 12; google_color_link = '#11593C'; google_color_text = 'E1771E'; google_color_bg = '#FFFFFF'; google_color_border = '#FFFFFF'; google_color_url = '#CCCCCC';Foto: allculinaryschools.com Jakarta - Setelah menonton aksi chef di televisi, apa yang ada di pikiran Anda? Jago masak, seksi, terkenal, hidup sejahtera, dan pekerjaannya menyenangkan? Bisa jadi. Namun tidak semua chef memiliki kehidupan yang sesempurna itu.
Kebanyakan siswa sekolah kuliner bercita-cita menjadi koki dan memiliki restoran sendiri. Ada pula yang ingin jadi chef agar kaya, terkenal, dan masuk TV. Sebenarnya, untuk menjadi koki diperlukan passion di bidang kuliner, niat yang tulus, serta fisik dan mental yang kuat.
Kenapa begitu? Berikut penjelasan dari The Daily Meal:
6. Sulit dapat waktu libur
Restoran biasanya ramai saat akhir pekan. Ketika orang-orang bersantai bersama keluarga, Anda malah bekerja. Untuk mendapatkan libur dua hari berturut-turut saja rasanya sulit. Makanya, beberapa chef memilih mengajar saja agar punya waktu luang lebih banyak.
Ada pula yang bekerja menyajikan makanan bagi pegawai kantor , sehingga waktu kerja lebih pendek dan akhir pekan bisa dipakai untuk libur. Tak hanya itu, mereka juga bisa kebagian bonus. Sementara itu, sebagian chef mencari penghasilan dari menulis buku.
7. Sulitnya bisnis restoran
Persaingan semakin ketat. Berbagai jenis restoran baru marak bermunculan. Jika pengelolaan kurang mantap, tempat makan yang dimiliki artis atau chef ternama sekalipun bisa bangkrut. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari kerusakan akibat kurangnya pemeliharaan fasilitas, pencurian, staf bermasalah, naiknya harga pangan, hingga konsumen yang menuntut.
Bagi Anda yang bercita-cita punya restoran sendiri, Anda harus mengantisipasi hal ini.
8. Alternatif profesi kuliner
Lulus sekolah kuliner tak harus jadi koki restoran kok. Anda bisa membuka usaha katering, menjadi penulis atau jurnalis kuliner, personal chef, food stylist, atau pengetes resep. Namun, di beberapa profesi, diperlukan syarat tambahan. Menjadi personal chef atau penulis freelance, misalnya, harus punya kenalan banyak. Pendapatan pun tak menentu.
Bagaimanapun juga, bekal pengetahuan dari sekolah kuliner akan menjadi nilai plus di mata calon atasan. Tandanya, Anda punya minat di bidang makanan dan cukup berwawasan dibanding orang yang tidak berpendidikan kuliner.
9. Kurikulum sekolah kuliner
Beberapa sekolah kuliner menerapkan pendekatan yang sama kepada setiap muridnya, tak peduli apa latar belakang mereka. Di sini, Anda bisa menemukan 'koki' rumahan sekaligus pelajar berprestasi yang sudah bekerja di restoran sejak muda.
Anda juga dituntut cepat menyerap ilmu yang diajarkan karena biasanya satu topik hanya dibahas sekali. Jangan pernah berniat bolos, atau Anda akan ketinggalan jauh.
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Hubungi kami:
Redaksi: redaksi[at]detikfood.com
Media partner: promosi[at]detik.com
Pemasangan iklan: sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment