Odi - detikFood
google_ad_client = 'ca-pub-6880533263535234'; google_ad_channel = '4958278774'; google_ad_width = 200; google_ad_height = 400; google_ui_version = 1; google_ad_slot = '3695403116'; google_override_format = 'true'; google_ad_type = 'text_html'; google_tl = 3; google_font_face = 'arial'; google_font_size = 'small'; google_tfs = 12; google_color_link = '#11593C'; google_color_text = 'E1771E'; google_color_bg = '#FFFFFF'; google_color_border = '#FFFFFF'; google_color_url = '#CCCCCC';Foto: panlasangpinoy.com Jakarta - Chef adalah salah satu profesi idaman saat ini. Jika biasanya mereka bekerja di balik layar, kini ketrampilan memasak mereka dipamerkan di TV. Tak heran, banyak yang terpesona dan ingin menjadi chef.
Rasanya bangga jika mampu mengolah makanan menjadi lezat dan terlihat cantik. Apalagi kalau sudah memakai pakaian dan topi putih khas chef. Namun, menjadi koki bukanlah pekerjaan gampang. Makanya, sebelum memutuskan masuk sekolah kuliner demi menjadi chef, pertimbangkan hal-hal yang disarankan The Daily Meal berikut:
1. Kerja di restoran
Sebelum membayangkan yang indah-indah jika menjadi chef ternama, coba dulu bekerja di restoran. Terjun langsung dan rasakan betapa sibuknya industri ini. Satu shiftnya bisa mencapai 12 jam sehari, belum lagi panasnya dapur jika sedang musim kemarau. Jari Anda bisa sering teriris atau terbakar.
Apalagi Anda harus berdiri sepanjang hari dan tak sempat makan jika restoran sedang ramai. Setelah mendapat pengalaman ini, renungkan lagi, apakah Anda lebih berbakat menjadi pelanggan restoran atau menjadi koki.
2. Tidak semua chef sekolah kuliner
Bisa jadi, 6 bulan yang dihabiskan di sekolah kuliner terasa tak ada apa-apanya dibanding 2 bulan pengalaman bekerja di restoran. Makanya, tak sedikit chef yang kita kenal sekarang berlatar belakang pendidikan 'menyimpang' dari kuliner. Bahkan, sebagian dari mereka memulai kariernya sebagai pencuci piring di restoran.
3. Realita menjadi bawahan chef
Meski di depan layar chef terlihat ramah dan baik hati, belum tentu demikian jika ia sudah kembali ke 'alamnya'. Di dapur, ia bisa berubah menjadi 'macan' yang siap membentak bawahannya yang ceroboh. Beberapa koki tidak suka penjelasan panjang, senang mengatur, memberi instruksi seadanya, dan selalu tahu jika anak buahnya membuat kesalahan.
Sebenarnya, hal ini wajar karena industri restoran penuh dengan persaingan ketat. Namun, bagi yang tak kuat, pikirkan kembali keinginan Anda menjadi chef.
4. Kecepatan adalah segalanya
Kecepatan adalah hal yang sangat krusial di restoran. Pelanggan bisa kecewa dan kabur jika makanan tak kunjung sampai ke mejanya. Makanya, koki yang dibutuhkan adalah orang yang terbiasa bekerja cepat. Tak heran, dapur di restoran sukses selalu heboh dengan orang-orang yang sangat sibuk.
5. Gaji koki
Meski gajinya lebih rendah daripada bos atau manajer restoran, executive chef tetap bisa menikmati hidup mewah. Namun, untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan bertahun-tahun pengalaman menjadi staf bawahan.
Sebuah riset menyebutkan bahwa umumnya upah koki biasa relatif lebih rendah dibanding profesi lain. Hal ini disebabkan oleh beban tugas yang berat dan waktu kerja yang lebih panjang. Coba pikirkan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengembalikan biaya sekolah kuliner Anda?
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Hubungi kami:
Redaksi: redaksi[at]detikfood.com
Media partner: promosi[at]detik.com
Pemasangan iklan: sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment