Fitria Rahmadianti - detikFood
Foto: Caters News Agency Jakarta - Gangguan makan seperti anoreksia ternyata bukan hanya karena seseorang ingin bertubuh langsing. Terlalu peduli dengan kesehatan hingga jadi pemilih saat makan juga dapat membuat berat badan turun drastis.
James Fieldsend (15) punya indeks massa tubuh (BMI) 14, padahal angka idealnya adalah 18.5. Kedua orang tuanya menduga James menderita anoreksia karena pelajaran kesehatan yang ia terima di sekolah.
Orang tua James bercerita kepada Daily Mail tentang awal mula sang anak menderita gangguan makan. James mendapat pelajaran tentang makanan sehat di sekolah dari umur 7 tahun. Sejak saat itu, ia mulai memilih-milih makanan. Bahkan, ia sering pula melewatkan makan, padahal sebelumnya ia makan dengan seimbang.
“Di sekolahnya, para murid diberi tugas untuk menyebutkan makanan apa saja yang mereka santap di rumah. Jika makanannya sehat, mereka diberi tanda bintang. Namun jika mereka makan junk food, si murid akan diberi tanda silang,” jelas ayah James.
James hanya makan daging babi tanpa lemak, apel, dan sereal. Saat ditawari snack keripik, ia menolak dan bilang bahwa keripik itu tidak baik untuk kesehatan. “Kami pikir tindakan selektifnya terhadap makanan cuma sementara. Namun pada umur 11 atau 12 tahun, kami menyadari bahwa ada yang tidak beres,” kata ibu James.
Pada Oktober 2010, berat badan James anjlok sampai 28.5 kg. Orangtuanya khawatir dan membawa James ke dokter. Saat itulah ia didiagnosis menderita anoreksia dan harus merubah kebiasaan makannya jika tidak mau dirawat di rumah sakit.
Remaja yang tinggal di East Yorkshire, Inggris ini juga menderita komplikasi penyakit akibat penurunan berat badan yang terlalu ekstrim, di antaranya sakit persendian, anemia, dan jantung berdebar.
Dokter menyuruh James untuk menambah berat badannya sebanyak 0.5 kg dalam 2 minggu dan mewanti-wantinya akan dampak kesehatan yang timbul jika ia tidak mau berubah. Setelah menambah asupan makanan, berat badan James naik menjadi 36 kg dengan BMI 15.8.
James yang bertinggi badan 155 cm ini ngotot bahwa ia hanya tidak tertarik pada makanan dan ia merasa normal.
Menurut orang tuanya, James adalah anak yang kurang bersosialisasi secara langsung. “James tidak pernah bertemu dengan temannya di luar sekolah kecuali lewat dunia maya,” kata ayah James.
Kedua orang tua James masih khawatir berat badan putra mereka merosot lagi. Kini mereka mengikuti kursus bernama Walking On Eggshells untuk lebih memahami tentang gangguan makan. Mereka didukung oleh organisasi Support and Empathy for people with Eating Disorders (SEED).
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment