Flora Febrianindya - detikFood
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda Connect with Facebook google_ad_client = 'ca-pub-6880533263535234'; google_ad_channel = '4958278774'; google_ad_width = 200; google_ad_height = 400; google_ui_version = 1; google_ad_slot = '3695403116'; google_override_format = 'true'; google_ad_type = 'text_html'; google_tl = 3; google_font_face = 'arial'; google_font_size = 'small'; google_tfs = 12; google_color_link = '#11593C'; google_color_text = 'E1771E'; google_color_bg = '#FFFFFF'; google_color_border = '#FFFFFF'; google_color_url = '#CCCCCC';Foto: Thinkstock Jakarta - Angka obesitas di Amerika yang meningkat membuat berbagai pihak berstrategi. Salah satunya adalah dengan membuat keju yang lebih sehat. Kini, sedang dilakukan penelitian mengenai keju yang lebih rendah kadar garam dan lemaknya. Sayangnya, rencana ini menemukan beberapa kendala.
Kini, Dairy Research Institute sedang mencoba membuat keju dengan lebih rendah garam dan lemak, namun dengan rasa yang tidak berubah. Namun tentu hal ini menghadapi masalah, karena penggunaan garam dan lemak mempengaruhi tekstur, kualitas, serta rasa keju.
Problem yang dihadapi adalah garam dan lemak merupakan komponen yang sangat penting dalam pembuatan keju. Garam membantu mengontrol kelembapan dan kerja bakteri dalam keju. Garam juga berperan sebagai pengawet, dan memberikan rasa pada keju. “Jika saya menghilangkannya, rasanya akan berubah,” kata Mark Johnson, peneliti senior di Wisconsin Center for Dairy Research.
Begitu juga dengan lemak yang turut mengatur kelembapan keju. Karena keduanya berpengaruh pada kelembaban keju, maka sulit jika mengurangi penggunaan keduanya dan menghasilkan keju dengan kualitas yang sama. Seorang ahli bahkan mengatakan jika pengurangan garam dan lemak hanya akan menghasilkan keju berkualitas sangat rendah.
Walaupun banyak kendala, namun pengurangan kadar garam dan lemak pada keju ini bisa saja mengurangi angka obesitas di Amerika. Setiap tahunnya, Amerika mengonsumsi keju dalam jumlah fantastis. Maka kandungan dalam keju diharapkan bisa mengurangi obesitas yang angkanya kian menanjak.
“Keju adalah eksperimen di mana garam memiliki peran besar, dan kini para pembuat keju belum menemukan takaran yang pas jika kandungan garam dikurangi. Hal tersebut merupakan tantangan,” kata Dr. Gregory Miller dari Dairy Research Institute. Kini, pengurangan garam dan keju masih dalam tahap penelitian para ahli.
(dyh/odi)
Berbagi tempat makan favorit Anda, raih voucher makan dan wisata kuliner ke Makassar GRATIS. Detail bisa dilihat disini.
Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Hubungi kami:
Redaksi: redaksi[at]detikfood.com
Media partner: promosi[at]detik.com
Pemasangan iklan: sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment