Bentuk kerucut tumpeng terkait dengan kondisi geografis Pulau Jawa yang banyak memiliki gunung berapi. Karena mendapat pengaruh budaya Hindu, dulu masyarakat Indonesia memuliakan gunung. Makanya, dicetaklah nasi menjadi bentuk gunung Mahameru yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewi.
Sementara itu, dalam tulisannya yang berjudul 'Tumpeng Offering', ahli ilmu teknologi pangan FG Winarno berpendapat bahwa bentuk tumpeng terinspirasi dari bentuk gunungan wayang. Gunungan tersebut menandai awal dan akhir cerita, seperti huruf 'alpha' dan 'omega' dalam aksara Yunani.
Tumpeng umumnya terbuat dari nasi kuning, walau bisa juga memakai nasi putih biasa atau nasi uduk. Tumpeng diletakkan di tengah tampah (wadah anyaman bambu tradisional berbentuk bundar), beralaskan daun pisang. Susunannya dilakukan berdasarkan diversifikasi pangan, kelengkapan, keseimbangan menu, kelezatan, dan kesejahteraan spiritual.
Lauk-pauk pelengkap tumpeng biasanya mewakili unsur asal makanan. Misalnya, untuk pangan hewani, tersaji daging sapi (hewan berjalan), ayam ingkung (hewan terbang), dan ikan petek (hewan berenang).
Sayurannya juga dipilih yang tumbuh di atas (misalnya kangkung) dan di bawah tanah (misalnya ubi jalar). Hidangan ini semakin lengkap dengan menu penutup, seperti jajanan pasar (dessert) dan pisang raja (buah).
Nasi tumpengpun disajikan dengan aneka lauk-pauk yang memiliki makna tersendiri. Di dalam tampah, biasanya terdapat tahu dan tempe bacem, ikan petek, serta kuluban (tauge, kacang panjang, dan kangkung). Sementara itu, di luar tampah umumnya disajikan ingkung (ayam utuh), umbi-umbian, bubur, dan jajanan pasar.
Makanan-makanan tersebut memiliki makna baik, seperti tauge yang melambangkan kesuburan, kemakmuran, dan kehidupan yang dilancarkan. Kacang panjang menjadi simbol panjang umur, sementara kangkung dianggap sebagai lambang fleksibel dan mudah beradaptasi.
Tak heran, tumpeng hampir selalu ada dalam upacara tradisional seperti mitoni (nujuh bulanan), kelahiran bayi, ulang tahun, pernikahan, sunatan, perayaan panen, bahkan upacara pemakaman. Dalam masyarakat modern, tumpeng juga hadir dalam perayaan ulang tahun perusahaan, HUT RI, serta acara-acara besar.
Sejak 1970-an, tumpeng sudah mulai meninggalkan nilai-nilai spiritual aslinya. Kini, tumpeng dibuat berdasarkan estetika dan nilai gizinya, sehingga tambahan sayuran seperti seledri, wortel, dan tomat sudah jamak. Bahkan, lauk seperti perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar, potongan mentimun, tempe kering, serundeng, urap, ikan asin, dll sudah jadi semacam 'menu wajib' tumpeng.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun telah menetapkan tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner tradisional Indonesia. Tumpeng dianggap dikenal secara luas oleh masyarakat, ada pelaku profesional yang membuatnya, serta bahan-bahannya mudah didapatkan.
(odi/fit)
No comments:
Post a Comment