Fitria Rahmadianti - detikFood

Foto: www.detikfood.com Jakarta - Masakan Indonesia mendapat banyak pengaruh dari Melayu, peranakan Cina, atau Barat. Meski demikian, negeri kita juga punya kuliner asli, salah satunya adalah semur. Oleh karena itu, warisan kuliner ini perlu mendapat pengakuan dunia.
Bango adalah salah satu pihak yang sedang giat melakukan Kampanye Semur. Perusahaan kecap manis ini tengah menggalang dukungan dari berbagai pihak dan mengedukasi masyarakat. Tujuannya adalah agar semur tercatat sebagai kuliner khas Indonesia di Intangible Cultural Heritage UNESCO.
Sejak tahun lalu, Bango sudah melakukan langkah-langkah pendahuluan. Tim Bango sudah melakukan riset dan mengumpulkan data terkait semur dan kuliner nusantara. Mereka juga akan mengadakan diskusi panel dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Nasional terkait pendaftaran semur ke UNESCO.
“Kami berperan sebagai pionir sekaligus lokomotif dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Setelah itu, teknis inventarisasi semur sebagai intangible cultural heritage akan kami serahkan kepada pemerintah,” tutur Agus Nugraha, Senior Brand Manager Bango, saat ditemui di roadshow Bango, Rabu (7/3).
Mengapa semur? Jika ditelusuri dari sejarah, sejak abad ke-9 M, masyarakat Indonesia sudah mengenal penggunaan daging hewan dalam masakan. Resep semur (smoor) tercantum dalam buku resep tertua yang berhasil ditemukan oleh tim Bango.
Setelah dipelajari, semur memang asli Indonesia. Apalagi kecap manis banyak digunakan dalam resep semur. “Memang ada banyak versi kecap di dunia, namun hanya ada satu kecap manis, yaitu di Indonesia,” ujar Agus.
Semur sebenarnya tersebar di Indonesia dengan nama dan karakteristik berbeda-beda. Sebut saja rabeg (semur kambing khas Banten) dan andilan (semur kerbau khas Betawi). Selama ini mungkin kita hanya mengenal semur daging, ayam, atau jengkol. Padahal, bahan lain juga dapat digunakan. Misalnya ikan dan sayuran seperti labu, brokoli, dan oyong.
Roadshow yang diselenggarakan di SMK Jayawisata I Menteng juga menghadirkan Chef Ragil Imam Wibowo. Menurut Chef Ragil, banyak orang malas membuat semur karena membutuhkan waktu lama dan rumit. “Padahal, semur bisa diolah dengan mudah,” kata praktisi kuliner ini. Ia pun mencontohkan pembuatan Semur Soun Yogyakarta, Semur Bandeng Surabaya, dan Semur Lidah Bali.
Berbagai resep semur didokumentasikan dan dikumpulkan sebagai buku resep yang akan diluncurkan April ini. “Tantangan kami adalah membuat masyarakat tahu tentang seluk-beluk semur dan mau mempraktikkannya,” ucap Agus menutup roadshow tersebut.
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment