Fitria Rahmadianti - detikFood
Foto: detikfood Jakarta - Konsumsi buah di Indonesia jauh di bawah standar internasional. Hal ini diperburuk dengan apresiasi yang rendah terhadap buah nusantara. Oleh karena itu, Nusa Fresh bertujuan menggenjot nilai apresiasi terhadap buah produk petani lokal.
Hal ini diungkapkan oleh Kafi Kurnia, Ketua Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia (ASEIBSSINDO). Bertempat di The Dharmawangsa Hotel, Kafi berbicara di depan para undangan yang terdiri dari perwakilan kementerian perdagangan, pihak pasar swalayan, dan media pada Kamis (16/2).
Menurut Kafi, ada beberapa masalah yang membuat buah nusantara kurang diapresiasi di Indonesia. Pertama, data tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi buah masyarakat Indonesia hanya 32 kg per kapita per tahun, sementara Food and Agriculture Organization (FAO) memberi batas minimal 65.75 kg per kapita per tahun. “Jumlah ini bahkan kurang dari setengahnya,” kata Kafi.
Kedua, terdapat kesenjangan harga antara pedagang tradisional dan pasar swalayan. “Misalnya kita beli salak di pasar hanya Rp 7 ribu/kg, salak gula pasir di supermarket dijual dengan harga Rp 70 ribu/kg,” jelas Kafi.
Selama ini, Indonesia lebih banyak mengimpor dibanding mengekspor buah-buahan. Di mata dunia, Indonesia berada di peringkat 26 sebagai importir dan peringkat 41 sebagai eksportir buah. Hasil perkebunan yang banyak dikirim ke luar negeri adalah pinang, kacang mede, kelapa, manggis, asam Jawa, dan mangga.
Singapura, Malaysia, China, dan Pakistan adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. “Padahal, importir buah terbesar di dunia adalah negara-negara di Eropa dan Amerika,” ujar Pradnyawati, Direktur Pengembangan Promosi dan Citra, Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional.
Pradnyawati menilai, rendahnya tingkat ekspor buah Indonesia disebabkan kurangnya dukungan infrastruktur, teknologi, promosi, dan standardisasi produk. “Standar yang dimaksud mencakup ukuran, rasa, kualitas, dan kemasan,” tuturnya.
Selama biaya mendatangkan produk dari luar negeri lebih murah daripada antar pulau, maka harga produk impor akan tetap lebih murah. “Maka, mata rantai distribusi buah harus dipersingkat,” kata Pradnyawati.
Kafi setuju dengan hal ini. Makanya, ASEIBSSINDO menyarankan buah-buahan dibudidayakan secara menyebar di seluruh nusantara. “Kami mengusahakan jarak yang ditempuh oleh buah, dari tangan petani ke tangan konsumen, seminim mungkin agar carbon footprint yang dihasilkan rendah,” jelas Kafi.
Branding juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing buah nusantara. Beberapa merk buah yang terkenal adalah Chiquita untuk pisang dari Amerika dan Zespri untuk kiwi dari Selandia Baru. “Nantinya, brand Nusa Fresh yang akan mewakili buah nusantara,” kata Kafi.
Pada workshop kali ini, Dr. Samuel Oetoro, MS SpGK juga hadir sebagai pembicara. Acara pun ditutup dengan santap siang. Para undangan menikmati menu berbahan buah nusantara kreasi Chef Vindex Tengker, di antaranya Shrimp Cocktail with Papaya Seed Dip, Guava Barbecued Boneless Beef Ribs, dan Caramelized Banana & Chocolate Mousse Cake.
(Odi/Odi)
Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.Tutup
You are redirected to Facebook
You are redirected to Facebook
Sending your message
You are redirected to Lintas Berita
Sending your message
Post this to your WordPress blog:
Sending your message
Post this to your Blogger blog:
Sending your message
Sending your message
Share to your Yahoo Mail contacts
Sending your message
Sending your message
Import Your Yahoo Messenger contacts
Share to your Yahoo Messenger contacts
Sending your message
Import Your Google Talk contacts
Share to your Google Talk contacts
Sending your message
Import Your Live Messenger contacts
Share to your Live Messenger contacts
Sending your message
Redaksi: detikfood[at]detik.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi email : sales[at]detik.com
No comments:
Post a Comment